“If you torture the data long enough, it will confess.” Ronald Coase, Economist and Author

Saya pernah mendapat sebuah pertanyaan yang bagus sekali: “Apa yang mesti diperhatikan saat pertama kali melihat sebuah grafik?”. Saya menjawab dengan yakin: kira-kira, impresi apa yang ingin disampaikan oleh pembuat grafik tersebut?

Penekanan pada kata “impresi” dan “ingin” ini penting. Bagaimana pun juga, grafik hanyalah alat bantu visual untuk menyampaikan suatu pesan. Seperti halnya alat apapun, grafik dapat dibentuk sesuai kebutuhan. Sebagai pembaca, kita mesti hati-hati, apalagi grafik yang berhubungan dengan politik.

Beberapa hari lalu saya ketemu dengan grafik yang dicuplik dari paparan Gubernur DKI Jakarta mengenai situasi PSBB di Jakarta berikut:

Estimasi Rt Jakarta

Apa impresi yang ingin disampaikan? Bahwa kondisi Covid di Jakarta sudah terkendali, tercermin dari garis merah yang melandai dan semakin rendah. Sayangnya, kalau kita cermati lebih dalam, ada yang janggal dari interval tanggal pada axis x: jarak antar tanggal 31 Mei - 3 Juni tiba-tiba melebar dibanding tanggal-tanggal sebelumnya.

Impresi apa yang ingin disampaikan? Mengutip paparan Gubernur: “Ketika R-nya di bawah satu, maka wabah ini sudah terkendali dan bisa menurun.” Dengan memperpanjang jarak antartanggal, seolah-olah Jakarta sudah memiliki nilai R di bawah satu selama periode yang cukup lama. Padahal baru empat hari. Itu pun 0.99. Dengan rentang kredibel 95% yang masih mencakup angka di atas satu. :pensive: